Wednesday, February 28, 2007

Percaya Diri 2 (Metafora)


Ada seorang pakar wine (minuman beraroma anggur) mengatakan bahwa ada saatnya kita mencicipi wine yang kurang bermutu. Luangkan diri untuk menenggak wine kelas dua, ujarnya. Cicipi dan rasakan yang lebih buruk. Dengan melakukan hal ini, katanya, kita akan sungguh-sungguh merasakan perbedaannya ketika disajikan wine yang benar-benar bermutu.
Kita mungkin kerap mendengar banyak terapis menceritakan kisah “kentang gosong” yang merupakan perumpamaan buat orang-orang yang SELALU memberi diri mereka sendiri makanan kelas dua dan TIDAK PERNAH merasakan makanan yang benar-benar kualitas kelas atas. Kiasan ini mengacu pada kejadian saat koki restoran memanggang kentang terlalu lama serta membuatnya gosong dan bagian yang gosong inilah yang disimpan untuk dia makan.
Kelompok orang yang mengidap “sindroma kentang gosong” tidak pernah mengambil potongan kentang terbaik untuk diri mereka sendiri. Tidak juga membaginya pada orang lain. “Bila ada orang yang pantas memperoleh kentang gosong, akulah orang yang paling tepat,” pikir mereka.
Sindroma kentang gosong adalah analogi bagi seseorang yang selalu memperlakukan diri mereka sendiri pada posisi yang lebih rendah daripada orang lain, posisi kedua. Dari sudut pandang lain, sindroma ini juga merepresentasikan cara kita memperlakukan diri sendiri.
Meskipun tidak ada cara menenggak satu sloki wine atau mengunyah kentang yang “benar”, karena pilihan kita yang berlainanlah yang membuat kita unik dan khas sebagai individu, namun barangkali ada cara-cara yang “lebih baik” dalam menentukan pilihan. Cara yang lebih menunjukkan rasa peduli serta sayang pada diri sendiri dan pada saat yang sama tidak menyakiti atau mengambil hak milik orang lain.
Kembali pada kisah sang ahli wine yang menyarankan bahwa sekali-kali orang harus mencicipi wine kelas dua agar bisa merasakan nikmatnya wine kelas satu, akhirnya ia menyadari kekeliruannya. Ia sadar bahwa hidupnya di dunia terbatas. Ia menghitung bahwa dalam sisa hidupnya ia hanya bisa menenggak 5000 sloki wine lagi, makan 3000 potong kentang lagi dan bercinta sebanyak 2000 kali lagi. Atas pertimbangan itulah, kebiasaannya kini berubah. Katanya: “Mulai hari ini, aku berhak mendapatkan yang terbaik untuk diriku.”

Tuesday, February 27, 2007

Siapa Menanam akan Menuai (2)


Alkisah, ada seorang tukang yang sangat piawai dalam membangun rumah. Selain pandai membangun rumah bata, dia pun bisa membangun rumah kayu dengan sama baiknya. Ibaratnya, semua pekerjaan membangun rumah dialah yang menyelesaikannya, kernet hanya diperlukan untuk mengangkut bahan-bahan bangunan dan membantu ala kadarnya. Selama bekerja dengan majikannya ia adalah pekerja yang setia dan bisa dipercaya. Tidaklah heran bila majikannya sangat menyayanginya.
Namun, si tukang merasa sudah bekerja cukup lama dan merasa tua serta staminanya tidak mendukung untuk bertukang lagi. Dia ingin pensiun, menghabiskan sisa-sisa harinya bersama anak cucu dan menikmati hidup.
Mendengar permintaan ini sang majikan menjadi sedih. Meski telah berumur si tukang benar-benar masih menjadi andalan dan kepercayaannya. Dia masih yang terbaik. Selain teliti, dia juga sangat profesional. Kerapian, kehalusan serta keindahan hasil kerjanya tidak diragukan lagi selama ini. Karena sudah berbulat hati untuk pensiun, maka majikannya tidak dapat menahannya lagi. Cuma, majikannya ini meminta si tukang melakukan satu hal sebelum dia benar-benar pensiun. Permintaan terakhir.
“Tidak keberatankah engkau membangun sebuah rumah lagi?” Mulanya, si tukang menolak. Ia menuturkan bahwa ia telah kehilangan motivasi untuk membangun rumah. Semangatnya sudah luntur, karena dia sudah sangat ingin pensiun secepat mungkin. “Rumah yang terakhir ini,” kata sang majikan,”akan saya hadiahkan pada sahabat baik saya. Saya sesungguhnya ingin kamu yang mengerjakannya. Anggaplah ini sebagai permintaan pribadi dan khusus.”
Si tukang dengan perasaan setengah-setengah akhirnya mau menerima tugas itu. Sayangnya dalam membangun rumah terakhir ini, karena hatinya tidak disana, dia melakukan dengan separuh hati. Dia memilih bahan-bahan sembarangan. Kayu yang uratnya tidak mengikuti pola yang seharusnya, misalnya. Kerapihan yang dulu menjadi andalannya kini hilang. Kehalusan pekerjaan yang dulu selalu menjadi kekhasannya tidak lagi muncul. Dan kesempurnaan yang dulu dia pegang teguh sebagai komitmennya dalam bekerja sudah tidak ada lagi.
Tak lama berselang rumah itu rampung. Si tukang berdiri memandang hasil pekerjaannya. Meskipun kurang puas, dia merasa beruntung karena pada akhirnya selesai juga proyeknya yang terakhir itu. Dalam hati kecilnya dia menyesali keputusannya membangun rumah tersebut. Andai kata dia menolak sejak awal, mungkin dia tidak akan kecewa melihat hasilnya. Ini jelas bukan standar pekerjaannya yang biasanya tinggi, dan yang paling menyesakkan adalah kenyataan bahwa dia menutup karirnya dengan karya yang buruk.
Tidak lama kemudian sang majikan tiba di lokasi itu. Dia merogoh saku celananya dan mengambil kunci pintu rumah itu. Dia sodorkan kunci itu kepada si tukang sambil berkata: ”Ambil,” ujarnya, ”Ini adalah hadiah sebagai rasa terima kasih saya untuk pengabdianmu selama ini. Kini, rumah ini milikmu.”

Siapa Menanam akan Menuai (1)


Alkisah ada 3 pemburu yang tersesat di pedalaman hutan Afrika. Mereka menumpang selama beberapa hari di sebuah rumah penduduk. Karena kecurigaannyalah maka mereka akhirnya memperoleh imbalan yang setimpal.
Selama menumpang, mereka tinggal dengan seorang pemuda penduduk asli setempat. Pemuda itu melayani mereka dengan baik, dari mulai memasak sampai membersihkan tempat tidurnya. Secara garis besar, mereka sangat puas dengan layanan tuan rumah, kecuali satu hal. Mereka mulai curiga, isi botol whiskey mereka sedikit demi sedikit berkurang isinya dan pastilah si pemuda itu yang meminumnya selama mereka di luar rumah.
Ketiganya sepakat untuk membuktikan tuduhan mereka. Mulai saat itu mereka menandai ketinggian air dalam botol whiskeynya dengan pensil secara samar-samar. Dan ternyata kecurigaan mereka beralasan, karena setiap waktu isinya lebih rendah daripada tanda yang ditinggalkannya.
Tanpa berpikir panjang lebar mereka menyimpulkan bahwa pasti si pemuda itulah yang minum whiskeynya setiap saat ada kesempatan. Mereka berencana memberi pelajaran pada si ‘maling’ kecil ini. Suatu malam dengan berpura-pura pulang dalam keadaan mabuk, mereka tidur. Padahal satu diantaranya sudah mengganti isi whiskey dengan air kencingnya.
Hari berganti hari, dan isi botol pun terus berkurang. Dikarenakan rasa “bersalah” akibat perbuatan yang kurang bertanggung jawab itu, mereka akhirnya menanyakan langsung pada si pemuda. Pada saat ditanya apakah benar ia telah meminum whiskey mereka, pemuda itu menjawab,”Sebenarnya saya tidak meminum whiskey tuan-tuan. Beberapa waktu yang lalu saya kedatangan pemburu yang juga tersesat dihutan dan menumpang dirumah saya. Mereka, “kata pemuda itu,” mengajariku memasak dengan mencampuri sedikit aroma whiskey. Karena tuan-tuan satu bangsa dengan mereka, saya yakin bahwa tuan-tuan pasti suka juga makanan dengan campuran seperti itu.”

Monday, February 26, 2007

Percaya Diri (Metafora)


Nguyen Tranh adalah salah satu negarawan terbesar untuk bangsa Vietnam. Berkat kejujuran, ketegasan dan keyakinan diri yang tinggi Tranh mampu menyelesaikan masalah yang paling rumit sekalipun.
Selain sikap dan karakternya yang unik, Tranh juga terkenal karena kependekan tubuhnya. Tubuhnya tidak normal untuk ukuran orang-orang seumurnya. Hanya sedikit lebih tinggi dari pinggang orang dewasa. Barangkali untuk orang lain, “cacatnya” ini bisa membuat rendah diri, peragu dan menutup diri. Namun, hal ini tidak berlaku untuk Tranh.
Saat itu hubungan antara Vietnam dan Cina sedang bergolak. Permusuhan tidak hanya terjadi antar kepala negara namun juga merasuk dalam perilaku masing-masing penduduknya. Meskipun konflik belum pasti akan menyebabkan peperangan, namun ketegangan yang meningkat dari waktu ke waktu sangat potensial memicu timbulnya konflik bersenjata. Orang bisa setiap saat angkat bedil. Petinggi Vietnam menyadari hal ini dan berpikir bahwa mencegah akan lebih bijaksana daripada mengobati. Berusaha untuk mencairkan kekakuan hubungannya dengan Cina, maka diutuslah Tranh sebagai utusan khusus.
Saat Tranh tiba di Cina, ia dipersilahkan untuk bertemu dengan Kaisar Cina. Singgasana kaisar sungguhlah indah. Kursi dengan kain beludru mutu utama, hiasan dari kulit binatang pilihan dan busana kaisar benar-benar mencerminkan wibawa seorang petinggi sejati. Tranh mengambil gerakan bersujud didepan kaisar dan kemudian berdiri diatas kedua kakinya. Kaisar dengan nada lembut sambil menundukkan kepala bertanya: “Apakah penduduk Vietnam semuanya pendek-pendek seperti Anda?”
Dengan jiwa kenegarawanan yang besar, Tranh dengan rendah hati menjawab: ”Maafkan saya Yang Mulia, di Vietnam ada orang yang tinggi namun ada juga yang pendek. Kaisar kami, dengan kebijaksanaannya, mengirimkan utusan khusus yang mewakili masalah yang kita hadapi. Karena masalah yang ingin hamba diskusikan dengan Yang Mulia hanyalah masalah sepele,” kata Tranh dengan nada yang tetap rendah hati, ”Maka kaisar mengutus hamba untuk melakukan perundingan. Namun jika masalah yang didiskusikan adalah masalah besar, maka beliau akan mengirim orang yang lebih besar untuk menegosiasikannya.”

Saling Menghargai


Ini kisah tentang kebiasaan seorang profesor yang suka menonjolkan diri. Pada suatu hari, ketika sang profesor mengambil cuti dan berlayar mengarungi samudra dengan kapal pesiar, jiwa sombongnya mulai keluar.
Ketika diantar menuju kamar tidurnya, si profesor bertanya pada si pelayan kamar: ”Anak muda, pernahkah engkau belajar psikologi?” Si pemuda itu menjawab tidak, dan si profesor meneruskan,”Bagaimana mungkin? Kamu kan bekerja di bisnis yang berhubungan dengan manusia. Pasti kamu memerlukan ilmu tentang perilaku dan sifat-sifat manusia. Selain itu, kamu juga harus tahu artinya pelayanan yang baik agar tidak asal-asalan dalam melaksanakan tugas. Sebenarnya aku tidak suka mengatakannya, tetapi jika kamu belum pernah belajar psikologi, itu artinya kamu sudah menyia-nyiakan setengah hidupmu.”
Siang harinya, ketika si profesor sedang berada di atas dek, ia melihat seorang anak buah kapal sedang bersenandung sambil membersihkan meja kursi tamu. “Hei, anak muda, pernahkah engkau mempelajari filsafat?”
“Tidak pernah,” anak muda itu menjawab dengan nada sopan.”Saya kira saya sudah gembira dengan pekerjaan saya ini. Saya sudah mengunjungi seluruh pelosok dunia dengan gratis, dapat makan, kamar serta seragam dan mendapat gaji lagi. Untuk apa saya belajar.. apa itu tadi namanya… firasat?”
“Filsafat, bukan firasat! Kamu tahu,“ kata si profesor, ” Dengan mempelajari filsafat kamu akan tahu lebih dalam tentang hakikat hidup. Kamu bisa menukik lebih dalam tentang pelayaranmu sampai pada level aktualisasi diri. Dan kamu bisa berdialog dengan para tamu dengan level intelektualitas lebih tinggi. Jika kamu tidak pernah belajar filsafat, maka sebenarnya kamu sudah menyia-nyiakan setengah hidupmu.”
Sorenya, si profesor bertemu dengan anak buah kapal lain yang kebetulan sedang bertugas membersihkan salah satu tiang kapal. “Coba katakan padaku, anak muda, pernahkan engkau mempelajari antropologi?” tanya si profesor dengan nada menyelidik.
Pada saat anak muda itu menjawab belum pernah, si profesor melanjutkan, ”Tidak pernah? Kamu tahu, jika kamu belajar antropologi kamu akan tahu kebudayaan, adat istiadat, ritual dan seni masyarakat dimana kamu singgah. Antropologi,” katanya mengkuliahi, ”bisa membuat kamu mampu berdialog dengan suku asing dan memperluas cakrawala ilmu pengetahuan kamu. Tanpa antropologi, berarti sudah kau sia-siakan setengah hidupmu.”
Dalam satu hari, “reputasi jelek” si profesor sudah mewabah seperti virus di kapal itu. Semua kelasi dan crew kapal takut berdekatan dengan sang profesor karena pertanyaan dan kuliahnya yang tidak cukup sepeminuman teh itu.
Malamnya, pada saat langit gelap gulita kapal pesiar itu dihantam badai. Diterpa oleh ganasnya ombak, tiang kapal berderak-derak. Lambung kapal berkeriut-keriut. Kapten kapal meneriaki semua orang untuk bersiap-siap memakai pelampung. Si profesor bergegas mengenakan pelampung dan lari menuju sekoci penyelamat. Disana, beberapa anak buah kapal berteriak mengatur sekoci yang siap meninggalkan kapal induk. Seorang anak buah kapal demi melihat sang profesor berjalan dengan gugup, bertanya: ”Pernahkah tuan belajar berenang?”
“Tidak pernah,” jawab profesor dengan menggigil dan ketakutan setengah mati sambil kedua tangannya berpegangan erat pada sisi sekoci penyelamat.
“Sangat disayangkan,” kata anak buah kapal itu,” Jika sekoci ini tenggelam, berarti tuan sudah menyia-nyiakan SELURUH hidup tuan.”

Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi



Beberapa faktor yang dapat mempngaruhi motivasi kelompok (teamwork) dalam bekerja dapat dikategorikan sebagai berikut:

  • Tujuan
    Visi, misi dan tujuan yang jelas akan membantu team dalam bekerja. Namun hal tersebut belum cukup jika visi., misi dan tujuan yang ditetapkan tidak sejalan dengan kebutuhan dan tujuan para anggota..

  • Tantangan
    Manusia dikarunia mekanisme pertahanan diri yang di sebut “fight atau flight syndrome”. Ketika dihadapkan pada suatu tantangan, secara naluri manusia akan melakukan suatu tindakan untuk menghadapi tantangan tersebut (fight) atau menghindar (flight). Dalam banyak kasus tantangan yang ada merupakan suatu rangsangan untuk mencapai kesuksesan. Dengan kata lain tantangan tersebut justru merupakan motivator.
    Namun demikian tidak semua pekerjaan selalu menghadirkan tantangan. Sebuah team tidak selamanya akan menghadapi suatu tantangan. Pertanyaannya adalah bagaimana caranya memberikan suatu tugas atau pekerjaan yang menantang dalam interval. Salah satu criteria yang dapat dipakai sebagai acuan apakah suatu tugas memiliki tantangan adalah tingkat kesulitan dari tugas tersebut. Jika terlalu sulit, mungkin dapat dianggap sebagai hal yang mustahil dilaksanakan, maka team bisa saja menyerah sebelum mulai mengerjakannya. Sebaliknya, jika terlalu mudah maka team juga akan malas untuk mengerjakannya karena dianggap tidak akan menimbulkan kebanggaan bagi yang melakukannya.

  • Keakraban
    Team yang sukses biasanya ditandai dengan sikap akraban satu sama lain, setia kawan, dan merasa senasib sepenanggungan. Para anggota team saling menyukai dan berusaha keras untuk mengembangankan dan memelihara hubungan interpersonal. Hubungan interpersonal menjadi sangat penting karena hal ini akan merupakan dasar terciptanya keterbukaan dan komunikasi langsung serta dukungan antara sesama anggota team.

  • Tanggungjawab
    Secara umum, setiap orang akan terstimulasi ketika diberi suatu tanggungjawab. Tanggungjawab mengimplikasikan adanya suatu otoritas untuk membuat perubahan atau mengambil suatu keputusan. Team yang diberi tanggungjawab dan otoritas yang proporsional cenderung akan memiliki motivasi kerja yag tinggi.
    Kesempatan untuk maju
    Setiap orang akan melakukan banyak cara untuk dapat mengembangkan diri, mempelajari konsep dan ketrampilan baru, serta melangkah menuju kehidupan yang lebih baik. Jika dalam sebuah team setiap anggota merasa bahwa team tersebut dapat memberikan peluang bagi mereka untuk melakukan hal-hal tersebut di atas maka akan tercipta motivasi dan komitment yang tinggi. Hal ini penting mengingat bahwa perkembangan pribadi memberikan nilai tambah bagi individu dalam meningkatkan harga diri.

  • Kepemimpinan
    Tidak dapat dipungkiri bahwa leadership merupakan faktor yang berperan penting dalam mendapatkan komitment dari anggota team. Leader berperan dalam menciptakan kondisi yang kondusif bagi team untuk bekerja dengan tenang dan harmonis. Seorang leader yang baik juga dapat memahami 6 faktor yang dapat menimbulkan motivasi seperti yang disebutkan diatas. (Dari berbagai sumber)

Motivasi Gunung Es


Seperti yang kita ketahui bahwa setiap orang memiliki yang biasa kita sebut dengan motivasi. Tapi sebelum itu kita bedah terlebih dahulu apa sih yang dimaksud dengan motivasi. Motivasi berasal dari kata 'motive' yang menurut kamus berarti alasan untuk melakukan sesuatu/tindakan/action.


Alasan untuk melakukan sesuatu/tindakan/action atau kita sebut dengan 'MOTIVASI' setiap orang berbeda-beda. Dan ternyata apa yang sering kita dengar dari teman, saudara, partner, dan hampir semua orang tentan motivasi mereka hanyalah 10% dari keseluruhan motivasi yang mereka miliki, sedangkan 90% terpendam sangat dalam di lubuk hati mereka itulah kenapa saya menyebutnya sebagai 'Motivasi Gunung Es/Iceberg'. Banyak faktor yang membuat kita hanya mengungkapkan 10% dari motivasi kita.


Nah penyebabnya bisa kita kupas sebagai berikut :



  • MASA LALU kita sangat berpengaruh terhadap kehidupan kita sekarang, apa yang telah kita alami (pengalaman suka dan duka sebagai seorang anak balita, remaja, orang dewasa di lingkungan keluarga, masyarakat, pekerjaan, dll) akan membentuk PERSEPSI / Pandangan / Pola Pikir / Paradigma.


  • PERSEPSI kita sangat berpengaruh terhadap cara kita memandang dunia kita dan sekitarnya. Apakah dengan masa lalu kita tersebut kita menjadi orang yang memiliki PERSEPSI positif atau sebaliknya, yang pada akhirnya persepsi kita ini akan menghasilkan sebuah SIKAP.


  • SIKAP kita terhadap kehidupan apakah positif atau negatif sangat menentukan akan seperti apakah kehidupan kita nantinya, karena hal dengan SIKAP lah muncul keberanian atau justru ketakutan yang dapat terlihat dan dilihat oleh orang lain dengan sangat jelas yang akhirnya menjadi suatu MOTIVASI.


  • MOTIVASI akan muncul 10%,20%,50% atau 100% sangat tergantung dengan ketiga hal tersebut diatas. Itulah mengapa sebagian besar dari motivasi yang kita miliki hanya muncul dipermukaan 10% sedangkan 90% terpendam sangat dalam di lubuk hati kita masing-masing.

Tetapi kabar gembiranya adalah bahwa kita tidak perlu khawatir karena dalam kehidupan nyata telah terbukti bahwa banyak sekali orang-orang yang sukses luar biasa tetapi memiliki latar belakang yang kurang atau bahkan tidak menyenangkan.


Orang-orang yang sukses tidak melihat latar belakang mereka sebagai suatu hambatan tetapi justru sebagai sumber motivasi yang sangat kuat untuk berhasil.


Satu hal yang sangat ditekankan oleh orang-orang yang sukses adalah bahwa kita mesti merubah SIKAP kita dengan cara merubah terlebih dulu PERSEPSI yang kita miliki sehingga kita memiliki apa yang disebut dengan Sikap Mental Positif (SMP).


Orang-orang yang sukses menyadari bahwa mereka tidak bisa merubah masa lalu (latar belakang) tetapi sangat mungkin untuk merubah persepsi dan sikap mereka untuk kemudian dapat memiliki masa depan (latar depan) yang lebih baik. Semoga bermanfaat.


Edy Santoso (Trainer & Motivator)




Edy Santoso K.S, CNLP

Edy Santoso K.S, CNLP
Founder &CEO

BREAK YOUR LIMIT!

Hancurkan Segala Hal Yang MEMBATASI Diri Anda MERAIH KESUKESAN! Hadir & DAPATKAN teknik serta tips untuk menghancurkan Mental Blok Anda secara efektif dalam seminar sehari "BREAK YOUR LIMIT!"

Outline Seminar :
- About Neuro Linguistic Programming (NLP)
- All About Your Brain
- The Law & Language of Subsconcious Mind
- Subsconcious Reprograming (Powerful SELF-TALK)
- Anchoring Yourself To Success
- Reach Your Goal with S.M.A.R.T.
- Visualize Yourself To SUCCESS!

Our Programs

Workshop

Merupakan program Classroom Training, yaitu pelatihan yang diselenggarakan didalam ruang kelas dengan metode Experiental Learning dimana 30% Teori dan 70% Praktek dan peserta terbatas (maksimal 30 orang).

Workshop

Seminar

Merupakan program khusus yang diselenggarakan dengan metode Attractive Communication dan Edutainment dimana peserta dalam jumlah besar (minimal 50 orang s.d. tidak terbatas).

Seminar

Seminar

Super Outbound Training

Merupakan program training yang diselenggarakan di luar ruangan dengan konsep Experiental Game Learning yang dipadu dengan Classroom Training akan meningkatkan produktifitas Anda maupun perusahaan Anda.

Super Outbound Training

Super Outbound Training

In-House Training

Merupakan program Training yang diselenggarakan berdasarkan undangan dari perusahaan/instansi, yayasan, organisasi maupun pribadi dengan materi yang telah disesuaikan (dibuat khusus) berdasarkan kebutuhan dari masing-masing perusahaan (TNA).


Sandy MacGregor

Richard Bach

Rhonda Byrne

ZIG ZIGLAR

Patrick Ellys

Seminar

Seminar
The Secret of Motivation

Workshop

Workshop
SELLING with HEART

Followers

Lokasi Workshop/Seminar

Lokasi Workshop/Seminar
Hotel Ambhara - Jakarta

Keep The SPIRIT

Keep The SPIRIT
with 'mahaguru' NLP Drs.RH. Wiwoho,Msc

Stephen R. Covey
Powered by Blogger.