Alkisah ada 3 pemburu yang tersesat di pedalaman hutan Afrika. Mereka menumpang selama beberapa hari di sebuah rumah penduduk. Karena kecurigaannyalah maka mereka akhirnya memperoleh imbalan yang setimpal.
Selama menumpang, mereka tinggal dengan seorang pemuda penduduk asli setempat. Pemuda itu melayani mereka dengan baik, dari mulai memasak sampai membersihkan tempat tidurnya. Secara garis besar, mereka sangat puas dengan layanan tuan rumah, kecuali satu hal. Mereka mulai curiga, isi botol whiskey mereka sedikit demi sedikit berkurang isinya dan pastilah si pemuda itu yang meminumnya selama mereka di luar rumah.
Ketiganya sepakat untuk membuktikan tuduhan mereka. Mulai saat itu mereka menandai ketinggian air dalam botol whiskeynya dengan pensil secara samar-samar. Dan ternyata kecurigaan mereka beralasan, karena setiap waktu isinya lebih rendah daripada tanda yang ditinggalkannya.
Tanpa berpikir panjang lebar mereka menyimpulkan bahwa pasti si pemuda itulah yang minum whiskeynya setiap saat ada kesempatan. Mereka berencana memberi pelajaran pada si ‘maling’ kecil ini. Suatu malam dengan berpura-pura pulang dalam keadaan mabuk, mereka tidur. Padahal satu diantaranya sudah mengganti isi whiskey dengan air kencingnya.
Hari berganti hari, dan isi botol pun terus berkurang. Dikarenakan rasa “bersalah” akibat perbuatan yang kurang bertanggung jawab itu, mereka akhirnya menanyakan langsung pada si pemuda. Pada saat ditanya apakah benar ia telah meminum whiskey mereka, pemuda itu menjawab,”Sebenarnya saya tidak meminum whiskey tuan-tuan. Beberapa waktu yang lalu saya kedatangan pemburu yang juga tersesat dihutan dan menumpang dirumah saya. Mereka, “kata pemuda itu,” mengajariku memasak dengan mencampuri sedikit aroma whiskey. Karena tuan-tuan satu bangsa dengan mereka, saya yakin bahwa tuan-tuan pasti suka juga makanan dengan campuran seperti itu.”
Selama menumpang, mereka tinggal dengan seorang pemuda penduduk asli setempat. Pemuda itu melayani mereka dengan baik, dari mulai memasak sampai membersihkan tempat tidurnya. Secara garis besar, mereka sangat puas dengan layanan tuan rumah, kecuali satu hal. Mereka mulai curiga, isi botol whiskey mereka sedikit demi sedikit berkurang isinya dan pastilah si pemuda itu yang meminumnya selama mereka di luar rumah.
Ketiganya sepakat untuk membuktikan tuduhan mereka. Mulai saat itu mereka menandai ketinggian air dalam botol whiskeynya dengan pensil secara samar-samar. Dan ternyata kecurigaan mereka beralasan, karena setiap waktu isinya lebih rendah daripada tanda yang ditinggalkannya.
Tanpa berpikir panjang lebar mereka menyimpulkan bahwa pasti si pemuda itulah yang minum whiskeynya setiap saat ada kesempatan. Mereka berencana memberi pelajaran pada si ‘maling’ kecil ini. Suatu malam dengan berpura-pura pulang dalam keadaan mabuk, mereka tidur. Padahal satu diantaranya sudah mengganti isi whiskey dengan air kencingnya.
Hari berganti hari, dan isi botol pun terus berkurang. Dikarenakan rasa “bersalah” akibat perbuatan yang kurang bertanggung jawab itu, mereka akhirnya menanyakan langsung pada si pemuda. Pada saat ditanya apakah benar ia telah meminum whiskey mereka, pemuda itu menjawab,”Sebenarnya saya tidak meminum whiskey tuan-tuan. Beberapa waktu yang lalu saya kedatangan pemburu yang juga tersesat dihutan dan menumpang dirumah saya. Mereka, “kata pemuda itu,” mengajariku memasak dengan mencampuri sedikit aroma whiskey. Karena tuan-tuan satu bangsa dengan mereka, saya yakin bahwa tuan-tuan pasti suka juga makanan dengan campuran seperti itu.”
No comments:
Post a Comment