Alkisah hiduplah seorang petani di sebuah perkampungan miskin. Dia dikenal sangat cekatan. Dia memiliki seekor kuda yang sangat rupawan. Semua pekerjaannya dari mulai mencari kayu di hutan, menjualnya di kota dan seluruh keperluan transportasinya menjadi sangat efisien berkat kesigapan sang kuda. Suatu hari kudanya melarikan diri dari rumahnya. Seluruh tetangganya ikut prihatin dan datang menghibur, "Tentunya kamu sedih kehilangan kudamu!"
Petani balik bertanya: "Kok kamu tahu?"
Tiga hari kemudian kudanya kembali dan membawa dua ekor kuda liar. Seluruh tetangganya ikut bergembira dan menyalaminya, "Tentunya kamu bahagia karena kudamu kembali dan membawa dua ekor kuda."
Petani balik bertanya: "Kok kamu tahu?"
Sore harinya, anak lelakinya mencoba untuk menaiki salah satu dari kuda liar itu. Kuda itu melemparkannya ke tanah dan mematahkan kakinya. Seluruh tetangganya ikut bersedih dan datang menghibur, "Tentunya kamu sedih karena anakmu patah kakinya."
Petani balik bertanya, "Kok kamu tahu!"
Beberapa hari kemudian datang serombongan tentara menjemput anaknya untuk masuk wajib militer dan ketika melihat kaki si anak patah, mereka membebaskannya dari kewajibannya. Ketika tetangganya datang memberi komentar betapa bahagianya dia, si petani tetap balik bertanya, "Kok....?"
Filosofi dari cerita tersebut adalah : Arti dari sebuah kesedihan atau kebahagiaan tergantung dari sudut pandang mana orang melihatnya. Ketika sudut pandang berubah, berubah pula artinya. Mendapat dua kuda gratis, nampaknya merupakan hal yang membahagiakan, sampai orang memandangnya dari konteks patah kaki. Patah kaki nampaknya merupakan hal yang menyedihkan, namun dalam konteks wajib militer dan perang, tiba-tiba hal itu menjadi sesuatu yang membahagiakan.........Semoga Bermanfaat!
(Disadur dari buku "REFRAMING-Kunci Hidup Bahagia 24 Jam Sehari - R.H. Wiwoho)
No comments:
Post a Comment